Minggu, 02 Oktober 2011

Potensi Bencana Diabaikan

Artikel berikut menyajikan informasi yang sangat terbaru tentang
bejubel market place terbaik indonesia . Jika Anda memiliki minat khusus dalam
bejubel market place terbaik indonesia , maka artikel ini informatif diperlukan membaca.
JAKARTA, KOMPAS.com - Peta daerah rawan erupsi yang dibuat untuk wilayah sekitar gunung api aktif di Indonesia sering diabaikan. Hanya beberapa daerah yang menggunakan untuk menyusun tata ruang wilayah. Padahal, itu dapat meminimalkan korban jiwa saat bencana.

Hal ini disampaikan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Surono, Minggu (2/10/2011).

Menurut Surono, penataan wilayah di lereng gunung api perlu dilakukan. Lereng gunung api merupakan daerah subur. Karena itu, umumnya berpenduduk padat. Bila melihat sebaran gunung api aktif di Indonesia yang berjumlah 127, terbanyak di Jawa, yaitu 34 gunung, kata Surono.

Gunung api terbagi dalam zona-zona peruntukan. Namun, dalam praktik penetapan zona tidak ditaati. Dalam pantauan satelit, banyak penduduk yang bermukim di zona bahaya.

Jika Anda tidak memiliki detail yang akurat tentang
bejubel market place terbaik indonesia , maka Anda mungkin membuat pilihan yang buruk pada subjek. Jangan biarkan hal itu terjadi: terus membaca.

Priyadi Kardono, Deputi Pengembangan Sumberdaya Alam Bakosurtanal, beberapa waktu sebelum letusan Merapi tahun lalu, menyatakan, citra satelit SPOT5 menunjukkan adanya permukiman di daerah zona rawan bencana awan panas, aliran lava, guguran batu pijar, gas beracun, dan aliran lahar.

Kawasan itu semestinya dibebaskan dari permukiman agar tidak menimbulkan korban jiwa apabila terjadi letusan. Priyadi menyarankan dilakukan revisi peta rawan bencana dan membuat peta jalur evakuasi yang lebih baik di kawasan itu.

Ada pula gunung yang dihuni penduduk dalam radius yang relatif dekat, antara lain Gunung Lokon. Jarak kawasan permukiman dengan titik letusan hanya 2,5 km.

Untuk menekan jumlah korban akibat letusan dan luapan lahar diterapkan sistem pemantauan aktivitas gunung api. Dari 127 gunung api, pada 68 gunung yang masuk tipe A telah didirikan minimal satu pos pengamatan dan peralatan pemantau.

Pos pemantau gunung terhubung ke tiap pusat regional dengan sistem telemetri. Dengan demikian, semua gunung terpantau selama 24 jam dan data masuk ke Kantor Pusat di Bandung, Jawa Barat.

Nah, itu tidak sulit sama sekali, bukan? Dan kau telah menerima banyak pengetahuan, hanya dari mengambil beberapa waktu untuk penelitian kata seorang pakar di
bejubel market place terbaik indonesia .

Tidak ada komentar: