JAKARTA, KOMPAS.com - Terdakwa Komisaris Jenderal Susno Duadji memohon kepada majelis hakim untuk memvonis bebas dirinya. Pasalnya, menurut Susno, dua perkara korupsi yang dijeratkan kepadanya tidak terbukti di persidangan. "Bebaskan saya dari seluruh dakwaan," ucap Susno diakhir pembacaan pledoi atau pembelaan pribadi di hadapan majelis hakim di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Kamis (24/2/2011). Menurut Susno, dirinya tidak terbukti menerima uang sebesar Rp 500 juta dari Haposan Hutagalung melalui Sjahril Djohan di rumah anaknya di Abuserin, Jakarta Selatan, 4 Desember 2008 silam. Pemberian uang itu agar kasus ikan arwana yang dilaporkan klien Haposan (Susno: Sjahril Tilep Duit Haposan), Ho Kian Huat, segera diselesaikan penyidik Bareskrim Polri. Begitu pula terkait perkara pemotongan dana pengamanan pemilukada Jawa Barat tahun 2008. Menurut jaksa, Susno selaku Kepala Polda Jabar memerintahkan Maman Abdurahman selaku Kepala Bagian Keuangan Polda Jabar untuk memotong dana sebesar Rp 8,5 miliar dari total dana hibah Pemprov Jabar sebesar Rp 27,7 miliar. Susno mengatakan, ia telah mengeluarkan 10 kebijakan kepada bawahan terkait penggunaan anggaran. Kebijakan yang tertuang dalam nota dinas itu seperti memerintahkan penyaluran dana sesuai rencana distribusi, kuitansi, tepat waktu dan jumlah, serta perintah lain. So far, we've uncovered some interesting facts about mobil keluarga ideal terbaik indonesia. You may decide that the following information is even more interesting.
Dalam pledoinya, Susno menguraikan fakta-fakta yang melemahkan dakwaan. Apa saja fakta itu? Dalam persidangan, kata Susno, Maman mengaku diberi perintah untuk memotong dana pada Kamis (20/3/2008), di ruang kerjanya. Namun, saat itu adalah hari libur nasional. Selain itu, tak ada saksi maupun bukti tertulis untuk membuktikan perintah itu dan tak ada saksi maupun bukti untuk membuktikan adanya perintah pembelian dollar AS dari hasil pemotongan dana kepada Maman. Begitu pula dengan pembelian 40 cek perjalanan masing-masing senilai Rp 25 juta. Menurutnya, cek perjalanan itu dia beli dengan uang hasil penjualan dua bidang tanah di Solo. Selanjutnya, tambah Susno, tidak ada bukti tertulis adanya perintah darinya kepada Maman agar menggunakan uang hasil pemotongan untuk berbagai keperluan seperti membeli mobil dinas Kapolda dan mobil untuk Bhayangkari, membangun GOR Brimob Polda, menyumbang HUT Bhayangkari, memberi hadiah lebaran kepada staf di Polda, dan keperluan lain. "Sebenarnya masih terlalu banyak fakta yang mengungkap tentang kebohongan si Maman. Namun, kalau seluruhnya saya beberkan maka waktu akan habis untuk membicarakan kebohongan," kata Susno yang mengenakan pakaian dinas.
Dalam pledoinya, Susno menguraikan fakta-fakta yang melemahkan dakwaan. Apa saja fakta itu? Dalam persidangan, kata Susno, Maman mengaku diberi perintah untuk memotong dana pada Kamis (20/3/2008), di ruang kerjanya. Namun, saat itu adalah hari libur nasional. Selain itu, tak ada saksi maupun bukti tertulis untuk membuktikan perintah itu dan tak ada saksi maupun bukti untuk membuktikan adanya perintah pembelian dollar AS dari hasil pemotongan dana kepada Maman. Begitu pula dengan pembelian 40 cek perjalanan masing-masing senilai Rp 25 juta. Menurutnya, cek perjalanan itu dia beli dengan uang hasil penjualan dua bidang tanah di Solo. Selanjutnya, tambah Susno, tidak ada bukti tertulis adanya perintah darinya kepada Maman agar menggunakan uang hasil pemotongan untuk berbagai keperluan seperti membeli mobil dinas Kapolda dan mobil untuk Bhayangkari, membangun GOR Brimob Polda, menyumbang HUT Bhayangkari, memberi hadiah lebaran kepada staf di Polda, dan keperluan lain. "Sebenarnya masih terlalu banyak fakta yang mengungkap tentang kebohongan si Maman. Namun, kalau seluruhnya saya beberkan maka waktu akan habis untuk membicarakan kebohongan," kata Susno yang mengenakan pakaian dinas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar